Rabu, 28 Desember 2011

bidadari syurga

Assalamualaykum Para Bidadari DuniaNYa....


Yakin kepada Allah..., tentang kematian?? gak ada masalah!!, kita pasti mati kok!!, yang jadi masalah husnul khotimah atau su'ul khotimah?? kita lebih sibuk memikirkan husnul khotimah nya dari pada memikirkan mati nya..., bagai mana caranya saat kematian kita ialah kematian khusnul khotimah..., dunia cuman mampir sebentar saja...


bagi orang yang yakin kepada Allah..., 'gak ada yang gawat didunia ini!!'..., yang gawat mah cuman satu... 'Allah murka!!'..., 'sedunia murka kepada kita??' silahkan aja!..., sama-sama nebeng dibumi Allah..., gak ngepek.., takdir untuk kita gak bakal bisa dipengaruhi oleh mulut orang..., itulah sebabnya kalau kita tahu Rasulullah saw dihina, dicaci, difitnah, diancam, diboikot,... Rasulullah saw anteng saja.., , sempurna keyakinannya, dan hasil akhirnya sukses!!, sekarang bisa kita rasakan bersama.


dipuji?? gak ngepek, sok aja, bising!! dan pujian orang mah gak ada apa-apanya..., kalau Allah sebel kepada kita dan orang-orang sedunia memuji kita maka tetep aja celaka.


ngantor?? gak perlu cari muka atasan..., atasan hanya sebuah episode aja sebentar, nanti juga udahan!!, iya kan?, digilir saja dunia oleh Allah.., kerja yang bagus aja dan gak ada cari muka ke atasan, gak ada cari penghargaan, gak ada cari piagam, toh nanti ada yang ngasih piagam dan penghargaan, sok aja itu mah urusan yang ngasih, tapi dihati kita gak ada urusan dengan piagam dan penghargaan..., jika ada yang berkata 'kenapa kok kamu kerja rajin amat, jujur amat...??'..., 'ih ini mah pekerjaan yang disukai Allah, saya berbuat begini hanya ingin disukai Allah!!'...., 'tapi atasan kamu enggak menghargai loh usaha kamu??'..., 'saya mah gak ada urusan dengan atasan, sok aja gak menghargai, biarin aja, itu mah urusan dia, urusan saya mah ingin disukai Allah...', ...... 'nanti gimana kalau gak dikaasih bonus...', "biarin aja, rezeki mah dari Allah, gak dikasih dari kantor, dari mana saja...., Allah mah kalau mau ngasih rezeki ke saya gak terikat dengan kantor... dan rezeki mah gak usah ketahuan semua dari mana jalannya, kan selama ini jg gak pernah ketahuan jalannya dari mana, tapi saya hidup terus?? iya kan, banyakan mana yang kita tahu dan yang kita tidak tahu?? terus aja jalan rezeki mah gak pernah putus-putus dari dulu


jadi kalau kita punya keinginan, inginlah untuk menjadi hamba Allah yang ahli takwa, hakkul yakin kepada Allah, dan ahli istikomah...


pertanyaannya..., bagaimana supaya kita yakin kepada Allah?? gitu yah?? bener gitu yah pertanyaannya?? bener gak?? kalau enggak ya udah saya stop tulisan nya sampai disini aja yah... hehehe


yang namanya bahagia, sukses, sakinah itu sama sekali tidak tergantung dengan orang..., sakinah itu dalam rumah tangga bukan karena pasangan, sakinah itu karena keyakinan kepada Allah!!, salah kalau bergantung ke makhluk, justru tidak akan sakinah...,, jadi rumah tangga sakinah itu tidak ada kaitannya dengan uang, tidak ada kaitannya dengan penampilan, tidak ada kaitannya dengan jumlah pasangan, tidak ada kaitannya dengan anak, maka sakinah itu kaitannya dengan ketakwaan, keyakinan kepada Allah dan keistikomahan


jadi... kunci terpentingnya adalah catet yah... "URUSAN YAKIN KEPADA ALLAH ADALAH HARUS DIAWALI DENGAN PANTENGNYA ATAU AJEG NYA NIAT DI HATI INI INGIN DEKAT DENGAN ALLAH...." bukan disini, bukan disitu dan bukan disana tapi adanya dilubuk hati yang terdalam.




ada orang yang ingin deket dengan Allah tapi dihubungkan..., apa perlunya?? ada orang yang lebih senang kalau digembar gemborkan, apa perlunya?? ini gak asli, dia hanya ingin dinilai sholeh oleh orang lain, apa perlunya?? keaslian itu rahasia dilubuk hati kita, kemantapan tekad kita..., "temen-temen harus tanya dilubuk hati kita ini, dilubuk hati yang terdalam kita ini apa sih yang mau, yang paling kita inginkan?? kalau sudah didalam hati kita ini keinginannya cuman satu "saya ingin dekat dengan-Mu Ya Allah...", ingin bener2 mengabdi pada-Mu Ya Allah, dilubuk hati ini cuman ada "Allah" insya Allah itu awal yang baik dan Allah pasti tahu.


kegagalan awal inilah yang biasanya yang membuat kita gak bisa dekat dengan Allah. Karena hatinya ingin 'uang...!', hatinya ingin jabatan!!, hatinya ingin populer, hatinya ingin dicintai orang!!, hatinya ingin dikagumi orang!!, hatinya ingin dipuji!!, jadi bukan Allah yang ada dihati, walaupun ngaji nya bagus, walaupun berdakwah setiap hari, tapi didalem hatinya Allah urutan kesekian bukan diurutan teratas... "POSISIKAN LAH ALLAH DIURUTAN TERATAS DAN URUTAN YANG PALING PUNCAK!!!'


KALAU SELAIN ALLAH YANG MENJADI TUJUAN KITA PASTI KITA AKAN BANYAK GELISAH, KALAU ALLAH YANG MENJADI TUJUANNYA MAKA KEHILANGAN APAPUN ENGGAK BERAT... kehilangan dunia enggak berat.., kehilangan jabatan enggak berat,... kalau jabatan itu dapat menjauhkan kita dari Allah..., ambil aja tuh jabatan, buang...,


kalau tujuannya bukan Allah pasti banyak beratnya, banyak kecewanya, banyak tegangnya, banyak gelisahnya, duniawi saja.....


udah yuk... mulai dari sekarang kita sibukkan diri kita untuk memperbaiki hubungan kita kepada Allah, bertaubat kepada Allah, minta Ampunan Allah, minta diselamatkan oleh Allah dari Azab dan Siksa yang Allah ancamkan untuk kita.....


demi Allah taubat tidak berlaku dalam dua keadaan pertama : ketika matahari terbit dari barat dan kedua ketika nyawa ini sudah tiba dikerongkongan kita....


subhanallah... Lari sekarang yuk menuju Allah.... Allaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh.... aku datang ya Aaaalllllaaaahhhhh.... i am comming Allah....




♥ Salam Ta'aruf Fillah ♥

surat cinta sang kekasih

Assalammu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

afwan sebelumnya, akhi…

sebenarnya tak seharusnya aku menulis ini, karena memang tak sepantasnya aku mengungkapkan hal ini.
akhi, afwan sekali lagi …

sudah sangat lama aku memendamnya terserah antum mau membacanya hingga akhir atau langsung membuang surat ini setelah membaca kalimat terakhir paragraf ini…

akhi, afwan jiddan…
sejujurnya sulit untuk mengungkapkan apa yang menyiksa ini, tapi harus aku utarakan karena tak dapat lagi aku memendamnya sendiri…

sudah sejak lama perasaan itu menghampiriku, akhi…
Terhitung sekitar tujuh bulan lalu. Tepat ketika kita berkenalan dalam organisasi yang sama. Kemudian perkenalanpun berlanjut saat kita berada pada satu kepanitiaan sebuah acara. Aku senang karena dapat berpartisipasi dengan baik disana.

Tepat usia kita di organisasi itu menginjak satu bulan, aku menemukan yang janggal darimu. Kau mulai menanyakan sesuatu yang sedikit tak begitu penting dalam pesan singkatmu padaku. Dan kau semakin sering mengirimiku pesan-pesan tausyiah.

Tak bisa kupungkiri, aku senang akhi, sangat senang. Tapi tetap saja aku merasa janggal dengan sikapmu itu. Bahkan beberapa hari selanjutnya kau menanyakan bagaimana kabarku dan maminta izin untuk sekedar mengobrol sedikit.

Parahnya aku meng-iyakan dan memperbolehkan. Aku kira tak akan berlanjut hingga larut. Namun entah apa yang menghambatku, aku tak bisa menghentikan pembicaraan itu. Mungkin syaitan telah menguasai kelemahanku. Astaghfirullah…

Kemudian ia kembali berlanjut hingga hari kesekian. Subhanallah, entah apa yang merasukiku. Aku tak tahu perasaan itu. Namun tiap kau mengirim pesan meski itu hanya sebuah pesan tausyiah aku merasa istimewa. Apalagi selanjutnya kau mengajakku mengobrol panjang lebar. Makin berbungalah aku yang kemarin masih sebuah kuncup yang malu-malu.

Astaghfirullah, aku malu mengingatnya akhi. Saat kau mulai memuji sesuatu dariku meski hanya pujian biasa yang kau utarakan juga pada saudaramu yang lain. Atau sekedar salam ukhuwah yang biasa kita sampaikan pada rekan seperjuangan. Itu semua telah mengubahku. Mengubah cara pandangku padamu. Padamu yang kini mulai istimewa dimataku.

Aku tak bisa mengelak, aku mulai tersihir dan jatuh. Jatuh pada perasaan yang dibalut indah oleh musuh sejati kita, syeitan yang terkutuk itu.

Masyaallah…siasat syeitan itu sangat halus bukan, akhi? Aku merasakannya kini. Astaghfirullah…
Sekian lama pula aku mengingkari siasat ini. Aku yakin kau terjaga dan takkan melakukan hal bodoh macam apapun. Dan aku yakin kau lebih mengetahui tentang masalah itu. Masalah yang selalu menjadi topik hangat saat kita seusia remaja. Aku sangat yakin kau lebih faham. Kau lebih faham.

Berkali-kali aku menyalahkan sikapku yang salah menilaimu pada waktu yang salah. Berkali-kali pula aku menghakimi nurani yang mulai khawatir. Aku meyakinkan nurani, ini hanya sebuah obrolan biasa rekan seorganisasi, jadi memang akulah si empunya salah. Akulah yang terlalu berlebihan memandang sikapmu itu.

Namun aku makin terhuyung tak berdaya saat aku membaca salah satu syairmu yang kau tujukan padaku. Jelas-jelas kau menulis namaku disana. Kemudian syair itu sepertinya sengaja kau simpan diatas bukuku agar aku membacanya.

Akhi, akhwat mana yang tak akan melayang mengangkasa dan berbunga semerbak saat membaca syairmu? Ia sangat indah. Sangat indah.
Tapi aku kembali tersungkur. Seharusnya tidak seperti ini. Tidak! Kau lebih faham akhi. Lebih faham!
Kenapa kau seperti itu? Kenapa?

Malamnya kau mengungkapkan permintaan maafmu karena telah membuatku begitu bingung dan tak karuan membaca syairmu. Kau bilang hanya mengungkapkan perasaan kagum dan sayang sebagai seorang kakak pada adiknya.

Apakah itu dibenarkan? Apakah itu dibolehkan? Apakah kau tak mengerti aku ini akhwat lemah yang sama seperti akhwat lain. Yang begitu mudah tertipu oleh ucapan indah dan mudah berbunga oleh senyuman manis? Apakah dengan status yang kau legalkan atas nama seorang kakak dan adik angkat kau nyaman mengungkapkan segalanya tanpa melihat aku yang kembali terkoyak?
Akhi, afwan aku….entah bagaimana aku mengungkapkan ini padamu.

Kau ingat saat dalam candamu kau mengatakan ingin meminangku? Kau ingatkah? Aku sangat tersanjung dan senang saat itu. Karena akhirnya kau akan menghalalkan hubungan yang mengganggu batin ini. Namun lagi-lagi itu hanya lelucon dan omong kosong belaka ternyata. Aku kembali hancur. Hancur!
Akhi, kau mungkin tak akan melihat linangan air mataku kali ini. Aku menangis tersedu. Bukan karena permainan perasaanmu. Bukan pula cengeng karena merasa terombang-ambing. Namun aku menangis karena aku menyesal. Aku kalah. Aku kalah pada nafsuku yang disisipi siasat itu. Aku kalah akhi. Aku kalah.

Aku menangis karena mengyesal telah melakukan perbuatan paling bodoh sedunia. Karena aku membuka pintu bagi siasat itu berada dalam relung. Kemudian menyamar indah bak bintang kejora. Membawaku mengelana di semesta raya yang kemilau. Kemudian memberiku zamrud yang indah. Namun tanpa sadar aku sebenarnya berada pada jurang hina. Bermain dengan cacing-cacing tanah dan membuat lubang hitam dengan batu pekat yang berbau tajam.

Aku menangis karena aku menyadari dirikulah yang membuatmu terjatuh dalam. Akulah sumber salahmu yang membuatmu melepaskan hijab dan izzah yang selama ini kau pegang erat. Akulah yang menjadi noda di beningnya hatimu. Akulah yang membiarkanmu jua tenggelam dalam siasat menyesatkan ini.

Maka maafkan aku yang khilaf ini akhi. Maafkan aku yang berlumur dosa ini. Maafkan aku yang menggunung salah.
Maka saat ini aku tegaskan, jangan pernah lagi menanyakan apapun padaku. Jangan lagi mengirimiku pesan apapun. Dan jangan mencari keberadaanku dimanapun tempat yang akan kau jadikan tempat pencarianku. Aku ingin menjauh dan menenangkan diri. Kembali pada Illahi mungkin belum terlambat.

Akhi, jika kau tak bisa mamahami pintaku ini, maka MINTALAH AKU PADA ORANGTUAKU DAN HALALKAN AKU BAGIMU !!

Saat ini, mari bermuhasabah. Aku disini dengan hatiku, dan engkau disana dengan hatimu. Aku yakin Allah Maha Pengampun dan Penyayang. Maka aku takkan menyianyiakan teguran sayangnya ini. Agar aku dapat dicemburui bidadari bermata jeli di syurga sana. Mari manetap kedepan dan terus berkarya. Mari lupakan kesalahan dan khilaf dimasa lalu. Aku disini dengan mimpiku. Dan kau disana dengan mimpimu.

Afwan jangan mencariku dan menghubungiku lagi. Kutegaskan, JANGAN MENCARIKU DAN MENGHUBUNGIKU. Semoga kau mengerti.

Terimakasih karena telah membaca hingga akhir suratku ini. Maafkan aku yang lemah dan tanpa daya. Syukran jazakallah. Semoga Allah menjaga kita dari godaan Syaitan yang terkutuk......